Newswire
Synthetic biology (biologi sintetis) belakangan mulai
digemari ilmuwan untuk mengembangkan penelitiannya.
Bidang ini dinilai memberi peluang menarik untuk menghasilkan
berbagai penemuan penting seperti energi ramah lingkungan, efisiensi
proses industri hingga pengembangan obat baru.
Dari sudut pandang ekonomi, pasar produk
synthetic biology
diperkirakan mencapai US$4,5 miliar pada 2015. Untuk lebih mengenal
bidang ilmu ini, berikut petikan wawancara dengan pakar biologi sintetis
dari Johns Hopkins University, Jef D. Boeke seperti dilansir
Livescience.com,
belum lama ini.
Apakah synthetic biology
itu sebenarnya?
Ini adalah bidang baru yang berkembang pesat, perpaduan antara ilmu
biologi biasa dengan ilmu teknik. Tujuannya untuk menciptakan urutan DNA
(
Deoxyribonucleic acid) baru yang tidak ada di alam. Hasilnya
adalah fungsi dan sistem dalam biologi yang benar-benar baru.
Perkembangannya didukung bidang ilmu lain seperti teknologi
komputasi, nanoteknologi, dan kemajuan teknik pengujian di laboratorium.
Apa perbedaan synthetic biology
dengan rekayasa genetis?
Rekayasa genetis menggunakan materi dari sebuah sel, dengan
mentrasfer gen ke organisme induk agar memiliki ciri-ciri serupa.
Berbeda dengan
synthetic biology yang berusaha menciptakan
fungsi dan sistem biologi baru, bahkan organisme baru.
Penelitian apa yang sedang dikembangkan saat ini terkait synthetic
biology?
Proyek untuk memproduksi molekul khusus dalam jumlah yang banyak,
seperti biofuel. Dilakukan dengan menciptakan rantai DNA secara sintetis
dan memasukkannya ke dalam organisme induk untuk memulai proses dari
awal hingga akhir. Analogi hubungan ini seperti
software dengan
hardware komputer.
Ada juga proyek lebih besar yang berupaya mendesain gen berbeda dari
gen asal. Salah satu yang kami lakukan saat ini adalah membuat kromosom
yeast
(ragi/sejenis jamur), bekerja sama dengan peneliti dari China.
Mengapa fokusnya pada yeast?
Yeast banyak digunakan dalam industri fermentasi, termasuk
produksi vaksin dan biofuel. Dengan mendesain
yeast sesuai
kebutuhan tersebut akan dihasilkan jenis vaksin dan biofuel baru yang
lebih baik.
Yeast adalah jamur bersel satu. Ia merupakan organisme
eukariotik (sel kompleks tertutup membran), sama seperti tanaman, hewan
dan manusia. Kemiripan tersebut dapat juga digunakan untuk mempelajari
proses sel pada manusia.
Apa hal baru dari synthetic biology
ini? Ke mana arahnya?
Ilmuwan sekarang ini sudah banyak yang bisa memetakan berbagai gen
dan mensintesanya. Namun masih banyak hal kompleks yang belum terkuak
melibatnya gen dalam jumlah yang sangat banyak.
Tantangan terbesar dalam
synthetic biology adalah
ketidakmampuan dalam memprediksi secara akurat atas sistem biologis yang
kompleks. Contohnya adalah saat memproduksi sebuah bahan.
Mungkin mudah menemukan cara baru membuatnya, namun cukup sulit untuk
memperkirakan berapa banyak jumlah bahan yang dihasilkan melalui cara
itu. Cara satu-satunya adalah dengan cara trial and error yang memakan
banyak waktu dan biaya.
Apa manfaat nyata bagi masyarakat?
Bidang ini dapat digunakan untuk memproduksi berbagai produk baru
yang bermanfaat. Dampaknya tentu penciptaan lapangan kerja, serta
peningkatan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat.
Salah satu contohnya adalah penanganan penyakit malaria yang telah
membunuh 655.000 orang di dunia pada 2010.
Synthetic biology
akan berperan penting mengatasinya.
Yang terjadi saat ini, obat antimalaria bergantung pada bahan yang
mengandung artemisin. Zat kimia tersebut diperoleh dari tanaman bernama
Sweet
wormwood (
Artemisia annua) yang banyak tumbuh di Asia dan
Afrika.
Sayangnya, kini produksi artemisin terhambat karena habitat tanaman
tersebut kian berkurang dan tidak stabil. Akhirnya biayanya pun jadi
mahal.
Namun
synthetic biology mampu menghasilkan pasokan artemisin
secara berkelanjutan dengan biaya yang lebih murah. Produk tersebut
akan tersedia mulai tahun ini dan didistribusikan ke negara-negara
berkembang dengan harga murah.
Produsen dan distributor hanya boleh mengambil keuntungan dari produk
tersebut dari negara-negara maju, bukan negara berkembang.(Galih
Kurniawan/JIBI/Harian Jogja/iz)
Sourch : kabar24.com